Senin, 18 Juni 2012

Adab membaca Al Qur'an


1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59)
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.
Alloh Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.
Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a’lam.
1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59)
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.
Allah Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.
Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a’lam.

"Do'a selesai membaca Al-Quran"

Rabu, 14 Desember 2011

JANGAN MENDEKATI ZINA

Tidaklah mengherankan apabila kita melihat semua agama samawi sepakat mengharamkan dan memberantas perzinaan. Bahkan agama samawi terakhir, Islam, lebih keras melarangnya karena perzinaan dapat mencampuradukkan (mengaburkan) nasab, merusak keturunan, menghancurkan rumah tangga, mencerai-beraikan hubungan, menyebarkan penyakit spilis (bahkan sekarang menyebarkan penyakit AIDS, mengumbar syahwat dan memerosotkan akhlak. Maha benar Allah dengan firman-Nya :

“Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (al-Isra : 32)

Apabila mengharamkan sesuatu, Islam menutup semua jalan kearah itu, dan mengharamkan semua sarana dan tindakan permulaan yang dapat membawa ke sana.

Apa saja yang dapat merangsang syahwat dan membuka jendela fitnah bagi laki-laki ataupun perempuan dan mendorong orang untuk melakukan perbuatan keji atau mendekatkannya, atau memudahkan jalannya, maka Islam melarang dan mengharamkannya sebagai upaya membendung jalan kepada yang haram dan menolak kerusakan.

JANGAN MENDEKATI ZINA

Tidaklah mengherankan apabila kita melihat semua agama samawi sepakat mengharamkan dan memberantas perzinaan. Bahkan agama samawi terakhir, Islam, lebih keras melarangnya karena perzinaan dapat mencampuradukkan (mengaburkan) nasab, merusak keturunan, menghancurkan rumah tangga, mencerai-beraikan hubungan, menyebarkan penyakit spilis (bahkan sekarang menyebarkan penyakit AIDS, mengumbar syahwat dan memerosotkan akhlak. Maha benar Allah dengan firman-Nya :

“Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (al-Isra : 32)

Apabila mengharamkan sesuatu, Islam menutup semua jalan kearah itu, dan mengharamkan semua sarana dan tindakan permulaan yang dapat membawa ke sana.

Apa saja yang dapat merangsang syahwat dan membuka jendela fitnah bagi laki-laki ataupun perempuan dan mendorong orang untuk melakukan perbuatan keji atau mendekatkannya, atau memudahkan jalannya, maka Islam melarang dan mengharamkannya sebagai upaya membendung jalan kepada yang haram dan menolak kerusakan.

Senin, 01 November 2010

Y a A l l a h

Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan

jadikan kesedihan itu awal kebahagiaan

dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram

Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan

dan padamkan bara jiwa ini dengan air keimanan.

Wahai Rabb, anugrahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini

rasa kantuk dari-Mu yang mententramkan

Tuangkan dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian

Dan ganjarkan dengan kemenangan yang nyata

Wahai Rabb, tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu

Bimbinglah sesatnya perjalanan ini kea rah jalan-Mu yang lurus

Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayah-Mu.

Ya Allah, sirnakanlah keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan memancar terang

dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah sinar kebenaran

Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala tentara-Mu.

Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka

dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.

Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera

Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakkal

Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya kepada-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami

karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan Penolong

Senin, 21 Juni 2010

Meningkatkan Percaya Diri

Dari data penelitian, ditemukan banyak faktor yang menjadikan kendala seseorang enggan untuk menjadi penyeru kebaikan. Antara lain, kurang percaya diri, kemudian disusul tidak adanya skill. Kalau kita runut, keduanya mempunyai korelasi yang sangat erat. Sebenarnya akar masalah orang yang tidak percaya diri terletak pada skill (keterampilan). Dan, skill utama bagi seorang penyeru kebaikan terletak pada kemampuan penguasaan materi, pemahaman terhadap nilai-nilai yang disampaikan, serta penguasaan skill penyampaian.

Untuk menumbuhkan ketiga hal tersebut perlu sebuah usaha pembiasaan. Dan untuk menjadikan hal itu sebagai sebuah kebiasaan dalam diri seseorang secara permanen, maka perlu ditanamkan beberapa faktor: Pertama, paham. Tanpa pemahaman yang utuh, orang tidak akan dapat bekerja dengan ikhlas, lemah produktiftas, dan tidak akan tahan lama. Kedua, memiliki skill. Orang yang tidak memilki skill biasanya akan bekerja dengan cemas dan minder. Ketiga, kemauan. Dengan kemauan, kita dapat beramal secara konsisten dalam rentang waktu yang lebih lama.

Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu melakukan berbagai usaha. Antara lain:

  1. Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan.
  2. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan prinsip-prinsip yang kuat.
  3. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki.
  4. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh
  5. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak-hak kita yang hilang.
  6. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun.
  7. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita.

Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda usahakan:

  1. Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi.
  2. Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung penuh dengan kehinaan.
  3. Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman.
  4. Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat.
  5. Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri.
  6. Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar.

Dengan kecakapan dalam bidang pemahaman dan keterampilan, ditambah kemauan yang keras, insya Allah usaha perbaikan, mengajak manusia ke jalan yang diridhai Allah akan punya hasil dan rentang usia yang panjang.

Senin, 07 Juni 2010

Untukmu Saudaraku di Palestina

Bilakah Damai
Album : Hafiz Hamidun
Munsyid : Hafiz Hamidun
http://liriknasyid.com



Mentari menangis di senja memerah
Bumi anbia menjadi padang jarak
Puing-puing runtuhan berserakan
Hanyir darah menyesak dada

Tubuh layu gugur bergelimpangan
Bertindih dalam kubur tanpa bernisan
Di hujung sana berjuta kelaparan
Di dera wabak yang menyiksakan

Anak kecil bertanyakan bimbang
Mengapa lena ibu terlalu panjang
Diwajahnya mencerminkan kedukaan
Bilakah pula ayah kan pulang

Dia yang tak mengerti apa
Menjadi mangsa
Suara tangis syair sendu menghiris kalbu
Bilakan berhenti kekejaman
Anak kecil bertanya bimbang
Mengapa lena ibu terlalu panjang?
Wajahnya mencerminkan kedukaan
Bilakah pula ayah kan pulang?
Dia yang tak mengerti apa
Menjadi mangsa
Suara tangis syair sendu menghiris kalbu
Bilakan terhapus penindasan?

Kemana hilangnya kemanusiaan?
Sampai bila bersilih penderitaan?
Bila pula kan muncul kedamaian
Soalan yang masih tiada jawapan

Save Palestine!

Senin, 31 Mei 2010

wanita & muslimah





Yang lembut fitrah tercipta,
halus kulit, manis tuturnya,
lentur hati ...
telus wajahnya,
setelus rasa membisik di jiwa,
di matanya cahaya,
dalamnya ada air,
sehangat cinta,
sejernih suka,
sedalam duka,
ceritera hidupnya ...

seorang gadis itu ...



hatinya penuh manja,
penuh cinta, sayang semuanya,
cinta untuk diberi ...
cinta untuk dirasa ...

namun manjanya
bukan untuk semua,
bukan lemah,
atau kelemahan dunia ...
ia bisa kuat,
bisa jadi tabah,
bisa ampuh menyokong,
pahlawan-pahlawan dunia ...

begitu unik tercipta,
lembutnya bukan lemah,
tabahnya tak perlu pada
jasad yang gagah ...

seorang gadis itu ...



teman yang setia,
buat Adam dialah Hawa,
tetap di sini ...
dari indahnya jannah,
hatta ke medan dunia,
hingga kembali mengecap ni'matNya ...

seorang gadis itu ...




bisa seteguh Khadijah,
yang suci hatinya,
tabah & tenang sikapnya,
teman lah-Rasul,
pengubat duka & laranya ...

bijaksana ia,
menyimpan ílmu,
si teman bicara,
dialah Áishah,
penyeri taman Rasulullah,
dialah Hafsah,
penyimpan mashaf pertama kalamullah ...

seorang gadis itu ...



bisa setabah Maryam,
meski dicaci meski dikeji,
itu hanya cerca manusia,
namun sucinya ALLah memuji ...

seperti Fatimah kudusnya,
meniti hidup seadanya,
puteri Rasulullah ...
kesayangan ayahanda,
suaminya si panglima agama,
di belakangnya dialah pelita,
cahya penerang segenap rumahnya,
ummi tersayang cucunda Baginda ...

bisa dia segagah Nailah,
dengan dua tangan
tegar melindung khalifah,
meski akhirnya bermandi darah,
meski akhirnya khalifah rebah,
syaheed menyahut panggilan Allah .

seorang gadis itu ...



perlu ada yang membela,
agar ia terdidik jiwa,
agar ia terpelihara ...

dengan kenal Rabbnya,
dengan cinta Rasulnya ...

dengan yakin Deennya,
dengan teguh áqidahnya,
dengan utuh cinta yang terutama,
Allah jua RasulNya,
dalam ketaatan penuh setia .
pemelihara maruah dirinya,
agama, keluarga & ummahnya ...

seorang gadis itu ...




melenturnya perlu kasih sayang,
membentuknya perlu kebijaksanaan,
kesabaran dan kemaafan,
keyakinan & penghargaan,
tanpa jemu & tanpa bosan,
memimpin tangan, menunjuk jalan ...

seorang gadis itu ...




yang hidup di alaf ini,
gadis akhir zaman,
era hidup perlu berdikari ...

dirinya terancam dek fitnah,
sucinya perlu tabah,
cintanya tak boleh berubah,
tak bisa terpadam dek helah,
dek keliru fikir jiwanya,
kerna dihambur ucapkata nista,
hanya kerana dunia memperdaya ...

kerna seorang gadis itu,
yang hidup di zaman ini ...

perlu teguh kakinya,
mantap iman mengunci jiwanya,
dari lemah & kalah,
dalam pertarungan yang lama ...
dari rebah & salah,
dalam perjalanan mengenali Tuhannya,
dalam perjuangan menggapai cinta,
ni'mat hakiki seorang hamba,
dari Tuhan yang menciptakan,
dari Tuhan yang mengurniakan,
seorang gadis itu ...
anugerah istimewa kepada dunia!

seorang gadis itu ...





tinggallah di dunia,
sebagai ábidah,
dahípayah & mujahidah,
pejuang ummah ...
anak ummi & ayah,
muslimah yang solehah ...

kelak jadi ibu,
membentuk anak-anak ummah,
rumahnya taman ilmu,
taman budi & ma'rifatullah ...

seorang gadis itu ...






moga akan pulang,
dalam cinta & dalam sayang,
redha dalam keredhaan,
Tuhan yang menentukan ...
seorang gadis itu dalam kebahagiaan!

Moga lah-Rahman melindungi,
merahmati dan merestui,
perjalanan seorang gadis itu ...
menuju cintaNYA yang ABADI!